Maha Patih Kerajaan Majapahit Gajah Mada, memulai karier dari bawah.
Dari "Kawula Alit" sampai menjadi " Maha Patih". Ini suatu Karier yang
patut disimak baik-baik, bahwa jabatan dan kesuksesan kehidupan
seseorang memang harus melalui perjuangan. Perjuangan yang bukan
berdasarkan keturunan, kolusi, nepotisme, fasilitas orang tua, dan
sebagainya, tetapi merupakan perjuangan diri sendiri berdasarkan kinerja
pribadi.
Sumpah "Tan Amukti Palapa" perlu dijabarkan secara logis
dan ilmiah, dari beberapa pakar telah mencoba untuk mengupasnya secara
umum, seperti :
1. Tidak akan menggunakan kekayaan duniawi sebelum bisa memersatukan Nusantara.
2. Tidak makan rempah-rempah sebelum berhasil mempersatukan Nusantara.
3. Dan sebagainya.
Memang
secara terperinci dapat kita jabarkan isi dari sumpah Palapa tersebut,
tapi penulis disini tidak mengungkap tentang isi Sumpah tersebut (Nanti
dalam Tulisan Lain), tetapi dari sisi keberhasilan karier dari Gajah
Mada itu sendiri.
Gajah Mada tidak pernah memikirkan kemewahan
hidupnya, walau ia telah menjadi Sang Maha Patih dan hanya satu fokus
tujuannya, yaitu bagaimana harus berhasil mempersatukan Nusantara.
Bahkan
ambisinya bertumburan dengan rajanya sendiri ketika akan meminang DYAH
PITTALOKA putri dari kerajaan Sunda. Maka terjadilah konflik antara
kepentingan cinta dan politik kenegaraan. Gajah Mada berani menentang
keinginan rajanya untuk kepentinga politiknya dalam mempersatukan
Nusantara. Sebab raja Sunda tidak akan bisa ditaklukkan apabila terjadi
perkawinan antara Hayam Wuruk dengan Dyah Pittaloka. Karena status raja
Sunda akan menjadi Mertua dari Hayam Wuruk, maka mustahil akan bisa
"disatukan" dalam kasus hubungan antara "Mertua dan Menantu". Sehingga
terjadilah Perang BUBAT dengan kematian Dyah Pittaloka yang turut ambil
bagian dalam perang tersebut karena merasa terhina dengan sikap Gajah
Maja yang menginginkan dirinya sebagai upeti, bukan untuk dipinang oleh
Hayam Wuruk sendiri.
Memang ambisi, akan menyebabkan pengorbanan atau
harus ada yang dikorbankan. tetapi siapa yang salah? Perbedaan
kepentingan kadang atau sering sulit unruk disatukan. hanya siapa yang
mau berlapang dada atau mengalah sebagai solusinya. Solusi yang terbaik
adalah bagaimana harus mensinkronkan antara 2 pendapat atau 2
kepentingan yang berbeda, hal itu tentu tidak mudah, karena memerlukan
oatak atau kepala yang dingin dan bijaksana untuk mengatasinya.
Terus dimana dan kemanakah Sang Gajah Mada?
Setelah
ia mulai tersingkir, karena jabatannya mulai dikurangi dengan alasan
sudah tua dan perlu banyak istirahat dikala ambisi Sang Maha Patih belum
merasa selesai pada tujuan akhirnya. Ini taktik dari Hayam Wuruk untuk
membatasi ruang gerak Gajah Mada yang sering mengorbankan kepentingan
(pribadi) rajanya, maka secara halus dikurangi tugas-tugasnya, bahkan
dibatasi dengan alasan sebagai penghormatan untuk istirahat setelah
berjuang untuk kepentingan kerajaan secara penuh...!
Dalam berbagai
sumber Gajah Mada tidak mempunyai istri dan tidak diketahui kapan wafat
dan dimana dimakamkan. Sebab mustahil seorang Mantan Maha Patih tidak
dihormati pemakamannya. maka secara ringkas Gajah Mada kemungkinan telah
"Moksa" wafat tanpa melalui kematian, sirna menuju alam kesempurnaan
dan terbebas dari "Samsara".
Banyak pertanyaan yang belum terjawab!
Kehidupan akhir dari Sang Maha Patih Gajah Mada masih misterius berdasarkan fakta Sejarah!
Sumber
bukti prasasti belum atau tidak ditemukan makam dan bagaimana bentuk
wajah Sang Maha Patih itu. Di buku-buku Sejarah Indonesia menampilkan
sosok Gajah Mada bila ditelusur secara ilmiah berdasarkan prasasti atau
literature yang ada, sosok patung itu tidak tepat disebut sebagai sosok
Sang Maha Patih Gajah Mada.
Nah...terus bagaimana? Mari terus kita telusuri dan kita tunggu penelitian lebih lanjut!
0 Komentar untuk "Kisah Maha Patih Kerajaan Majapahit Gajah Mada"